Negeri Ophir atau disebut juga Ofir, adalah suatu negeri atau wilayah yang dikatakan kaya emas, kaya sumber daya alam dan barang berharga lainnya, yang merupakan negeri asal dari emas dan perhiasan yang diterima Nabi Sulaiman AS dari Raja Hiram. Raja Hiram adalah seorang Raja dari Kerajaaan Fenisia (Phoenician) dari Tirus (Tyre) sebuah wilayah yang sekarang berada di selatan Libanon, yang bekuasa antara 980–947 SM.
Dimana tepatnya letak atau keberadaan Negeri Ophir ini, masih kontroversi dan misteri di kalangan para ilmuwan dunia hingga detik ini. Sejauh ini para ahli arkeolog, teolog, sejarawan dan para ahli dan peneliti lainnya memiliki beberapa teori tentang dimana letak, lokasi, posisi serta keberadaan Negeri Ophir yang kaya emas dan masih misterius ini.
Table of Contents
Benarkah Pulau Sumatra si Negeri Ophir
Negeri ini terdapat sebuah gunung yang dinamai Gunung Ophir (Gunung Emas), kelak dikenal pula dengan nama Gunung Talamau dengan ketinggian 2.920 mdpl (di altimeter saya 2.955 mdpl), Gunung Talamau adalah gunung yang berada di garis khatulistiwa (equator) dan sekaligus yang tertinggi di wilayah Sumatera Barat. Gunung ini terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman yang berada di sisi barat daya.
Pulau Sumatera pada zaman dulu kala disebut dalam bahasa Sansekerta (Sanskrit) sebagai pulau Swarnadwīpa, (swarna=emas, dwipa=pulau) yang berarti “Pulau Emas” (Island of Gold), seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun 860 Masehi.
Selain itu, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai Swarnabhūmi, (swarna=emas, bhumi=tanah) yang berarti “Tanah Emas” (Land of Gold). Jadi sangat jelas dalam bukti sejarah tersebut, bahwa kedua nama Sumatera pada masa lalu itu terkait dengan kamdungan dan hasil alam yang kaya akan emas.
Sebelum Belanda, Jepang dan Inggris datang, bahkan jauh sebelum Portugis, dan Spanyol datang, Nusantara sudah terkenal akan kekayaan emasnya. Emas sebagai salah satu komoditas yang bernilai sudah dikenal dan ditambang di Nusantara sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.
Pusat tambang emas tertua Nusantara, diantaranya berada di Sumatra. Menurut M.J. Crow dan T.M. van Leeuwen, jalur emas Sumatra berhimpitan dengan garis patahan karena adanya peristiwa geologi. Logam mulia tersebut banyak ditemukan disekitar kawasan Bukit Barisan seperti Martabe, Rawas, Bangko, Lebong dan Mandailing. Hal ini menjadikan pulau Sumatra terkenal dengan sebutan SWARNADWIPA. Yang dalam bahasa Sanskerta berarti “Pulau Emas” seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun 860 Masehi.
Perdagangan emas di pulau ini telah berlangsung lama. Berita mengenai Pulau Emas sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis sebuah puisi epik “Os Lusiadas” (1572), tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing.
Sebuah batu bertuliskan huruf Hindi yang berasal dari peradaban Hindu-Budha dari kerajaan Sriwijaya dan Melayu menceritakan bahwa “Sultan Sungai Emas” mengekspor emasnya ke hilir melalui sungai Indragiri dan Siak yang mengalir dari tanah tinggi Sumatera Barat ke pantai barat Sumatera.
Disebut pula bahwa orang Minang adalah yang pertama kali menempati jantung kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang. Kerajaan Minangkabau yang kaya dengan emas merupakan pendukung dari Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 pada masa kejayaan agama Buddha.
Hingga awal abad ke-17 tambang-tambang di daerah Minangkabau merupakan daerah yang paling kaya akan emas di seluruh kawasan itu. Emas ditambang dari sungai-sungai di sebelah timur dan ditambang-tambang bukit Minangkabau. Dikabarkan bahwa pernah terdapat 1200 tambang emas di sana.
Melalui perjanjian Painan, pada tahun 1662 VOC mendapat konsesi untuk berdagang di pantai barat Sumatra. VOC mulai mengeksploitasi kandungan emas di Tambang Salida pada tahun 1669 semasa jabatan commandeur VOC ketiga untuk pos Padang (Jacob Joriszoon Pit; 1667-23 Mei 1678).
Dua ahli tambang pertama yang didatangkan ke Salida bernama Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf yang berasal dari Hongaria. Selama 150 tahun beroperasinya Tambang Salida tidak banyak yang diketahui orang, sampai kemudian Verbeek menerbitkan bukunya: “Nota over de verrichtingen der Oost-Indische Compagnie bij de ontginning der goud- en zilveraders te Salida op Sumatras Westkust” (Catatan tentang tindakan VOC mulai menggarap sumber emas dan perak di Salida, Sumatra Barat; 1886).
Peta pada abad 16 sampai abad ke-17 menyebutkan Mount Ophir, yang merupakan Gunung Talamau sekarang, terletak sekitar 100 kilometer barat daya Tanjungemas yang terkenal pada zaman kuno untuk tambang emasnya. Ini adalah bukti lain bahwa Ophir terletak di Sumatera, kemungkinan besar sebuah wilayah bernama “Tanjungemas”.
Dari beberapa penjelasan singkat diatas, kita mulai paham kenapa pulau Sumatra dikatakan sebagai Negeri Ophir. Sekarang kita kembali ke penjelasan awal tentang barang-barang yang diterima oleh Nabi Sulaiman. Mari kita mencocokan barang cargo Nabi Sulaiman yang dibawa dari negeri Ophir dengan kekayaan alam yang dimiliki pulau Sumatra, sebagai berikut :
1. Emas
Sudah jelas seperti diterangkan sebelumnya secara panjang-lebar diatas, bahwa Pulau Sumatera sejak masa lampau jauh sebelum kolonisasi dari dunia barat datang di pulau ini, memang terdapat banyak deposit emas.
Para raja-raja di Sumatera memiliki emas yang sangat banyak dan juga menjadi perhiasan para bangsawan di pulau ini pada masa lampau.
Apalagi pada dahulu kala pulau ini sudah terkenal dengan sebutan dalam bahasa Sansekerta (Sanskrit) sebagai pulau Swarnadwīpa yang berarti “Pulau Emas” seperti yang tertera pada prasasti Nalanda tahun 860 Masehi.
Selain itu, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai Swarnabhūmi, yang berarti “Tanah Emas”. Oleh karenanya terdapat banyak tambang-tambang emas, baik yang sudah ditinggalkan karena tak berproduksi lagi, hingga yang masih sedang ditambang hingga masa kini.
Hingga saat ini tembang emas masih dapat dijumpai di daerah Bengkalis, Martabe Tapanuli di Sumatera Utara, Meuleaboh di Aceh; Rejang Lebong di Bengkulu, Logos di Riau dan beberapa lainnya, jadi tak perlu diragukan lagi.
2. Perak
Di Sumatera tambang perak juga sudah dipastikan ada di beberapa tempat, terutama di Lampung dan Jambi. Namun di kota-kota penghasil emas di Pulau Sumatera seperti yang telah disebutkan diatas, juga terdapat tambang peraknya.Keberadaan tambang perak yang dapat dijadikan perhiasan sejak masa lampau juga masih dapat dilihat di Pulau Sumatera, terutama di Sumatera Barat. Artinya tak jauh dari Gumung Ophir.
Disana ada wilayah yang mana pengrajinnya mahir membuat perhiasan dari perak yang diwariskan secara turun-temurun, yaitu di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.
Di Koto Gadang, perajin adalah individu dan tak mau jadi anak buah orang. Hasil kerajinan perak di Koto Gadang sudah diekspor ke mancanegara dahulu kala. Kerajinan perak adalah keahlian yang diturunkan turun temurun oleh kaum laki-laki di Koto Gadang yang terletak diantara Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok ini. Sedangkan kaum perempuan punya keahlian lain yang diturunkan, yakni menyulam.
3. Mutiara
Kepulauan Indonesia termasuk Pulau Sumatera yang berada di khatulistiwa terdapat “gudangnya laut” yang di dalamnya memiliki spesies flora dan fauna yang melimpah kekayaan, termasuk mutiara.
Bahkan di kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat, ada sebuah kecamatan di pesisir pantai yang bernama Kecamatan Tanjung Mutiara.
Di pantainya terdapat objek wisata yang bernama Pantai Bandar Mutiara yang berpasir putih dengan ombak yang cukup besar.
Jadi tak perlu dibahas panjang-lebar untuk masalah pulau yang dikelilingi lautan yang jernih, berada di katulistiwa dengan sinar mataharinya yang bersinar sepanjang tahun dan membuat lautan ini hangat.
Sinar matahari yang cukup, laut yang jernih dan tak terlalu dingin dangat cocok bagi kelangsungan hidup satwa bawah laut, termasuk mutiara. Dan yang jelas, mutiara dari kepulauan Indonesia terkenal kualitasnya yang tiinggi dan memiliki bentuk serta warna yang beraneka ragam, sangat menarik dibanding daerah lain di luar Indonesia pada masa itu, bahkan hingga saat ini.
4. Kayu Algum
Sebutan lain dari kayu Algum yang lebih akrab di telinga Indonesia adalah “Kayu Cendana” atau cendana wangi atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Sandalwood” (Santalum album) yang biasa dipakai sebagai wangi-wangian dan juga parfum.
Selain di Indonesia termasuk di Pulau Sumatera, Kayu Cendana dari genus Santalum ini juga tumbuh di India, Nepal, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Australia, Hawaii dan di negara-negara kepulauan Pasifik.
Berbagai jenis kayu lainnya dari Sumatera juga sudah terkenal di mancanegara sejak dulu seperti Barus, terbukti pada saat ini akhirnya menjadi nama kota, yang bernama Kota Barus adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Barus dijadikan “kapur barus” atau kamper adalah zat padat berupa lilin berwarna putih (zat terpenoid) dan agak transparan dengan aroma yang khas dan kuat, ditemukan dalam kayu tanaman jenis pohon Laurel Kamper (Cinnamomum camphora). Pohon besar ini paling banyak di Pulau Sumatera selain ditemukan juga di Kalimantan, Taiwan dai beberapa negara Asia.
Jadi sudah dapat dipastikan bahwa di Pulau Sumatera terdapat Kayu Algum atau Kayu Cendana dan juga Barus sebagai wangi-wangian yang sangat terkenal di dunia sejak masa lalu.
5. Batu mulia
Tak usah diragukan lagi untuk yang satu ini, apalagi pada beberapa tahun lalu demam batu akik mewabah di Indonesia Jika Anda termasuk yang meggemari batu mulia, tentunya tahu batu mulia apa saja yang ada di tanah Sumatera.
Di Sumatera terdapat berbagai macam batu mulia dari jenis batuan calcedony, silika, kuarsa, zircon, dan berbagai jenis Agathe (Akik), berbagai Giok (Jade) seperti Giok Aceh dan Sungai Dareh yang sempat terkenal, dan juga masih banyak mineral lainnya.
Pulau Sumatera merupakan salah-satu pulau yang memiliki mineral, batu alam dan batu mulia dari banyak jenis dan beraneka ragam. Hal ini terjadi karena dari struktur geologinya memang demikian, yaitu terdapat patahan dan lipatan tanah yang menyebabkan pulau itu memiliki pegunungan yang berbaris dan berderat dari Lampung hingga Aceh, yang disebut sebagai Pegunungan Bukit Barisan.
Jadi tak perlu dipungkiri bahwa di pulau Sumaetra terdapat batu-batu mulia dari alamnya yang banyak terdapat sedimen, mulai dari lembah, sungai, ngarai, dataran tinggi, hingga ke pegunungannya yang membentang ribuan kilometer.
6. Gading
Seperti kita ketahui, Pulau Sumatera adalah salah satu habitat bagi gajah paling kecil di dunia dan sekaligus sebagai ciri-khas pulau ini, yaitu Gajah Sumatera atau Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus).
Gajah Sumatera adalah subspesies dari Gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera dan memiliki postur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Jadi tak perlu diragukan lagi, bahwa di pulau Sumatera dapat ditemukan barang berharga berupa gading gajah Sumatera.
Dalam beberapa kasus, gading Gajah Sumatra bisa lebih mahal dan lebih dicari karena ukurannya yang relatif kecil dibanding gading lainnya, yang membuatnya lebih cocok untuk berbagai macam perhiasan dan peralatan yang juga butuh ukuran gading yang jauh lebih kecil. Jadi terbukti lagi, bahwa di Sumatera juga terdapat gading gajah.
7. Burung Merak
Burung Merak juga dimiliki oleh Sumatera, walau lebih banyak di Pulau Jawa yang dikenal sebagai Merak Hijau. Walau sama-sama Burung Merak, namun burung ini dalam bahasa Inggris bukan disebut sebagai Peacock seperti yang biasa digunakan secara umum, tapi dari jenis yang disebut sebagai Peafowl, atau biasa dikenal sebagai Merak Hijau atau “Green Peafowl” (Pavo muticus).
Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Selain itu ada juga jenis merak lainnya dari jenis Pheasant, yaitu “the bronze-tailed peacock-pheasant” (Polyplectron chalcurum) yang dikenal sebagai Merak Sumatera (the Sumatran peacock-pheasant). Untuk bukti yang terakhir ini, lagi-lagi cocok, bahwa Burung Merak juga ada di Pulau Sumatera.
Hingga kini, lokasi negeri yang kaya emas itu masih merupakan sebuah misteri besar bagi ilmuwan dunia. Mungkinkah negeri yang dikisahkan pada zaman Nabi Sulaiman itu sejatinya memang di Pulau Sumatera? Bisa iya dan bisa juga tidak, tapi yang pasti bukti-bukti barang berharga, hasil alam, dan binatang yang dibawa untuk Nabi Sulaiman AS, semuanya ada di Pulau Sumatera. Wallahu a’lam bish-shawabi.
Sumber Informasi:
wikipedia, Ophir, Mount Talakmau, Sumatra, Solomon, Hiram,
wikimapia, Mount Talakmau / Ophir Sumatra (00°04′44.4″N 99°59′03.9″E)